Jaringan Suara Indonesia (JSI) berdiri dengan dilandasi semangat dan keinginan menengakkan integritas dan transparansi sebagai sebuah lembaga konsultan politik. Personel JSI merupakan sekumpulan profesional yang berkeinginan mewujudkan Indonesia yang lebih baik melalui proses politik pemilihan umum. Personal JSI memiliki rekam jejak yang panjang dalam melakukan riset, survei dan pendampingan di berbagai institusi survei dan konsultan politik yang ada di Indonesia.
Perpaduan dari penengakan integritas dan grassroots engineering tersebut menjadi landasan gerak dari divisi riset, pemenangan, dan pendampingan yang direpresentasikan melalui tag-line “Hear, Feel, Act for The Smile of Indonesia”. Melalui mendengar apa yang disuarakan, dapat merasakan apa yang diinginkan masyarakat dan bergerak untuk mewujudkannya dalam pemenangan kampanye dan program pendampingan pemerintahan.
Fokus pada kalangan bawah, yaitu Grassroots Targeting dan Grassroots Engineering menjadi spesialisasi JSI. Dalam melakukan program pemenangan, JSI melakukan mobilisasi langsung pada sasaran, yaitu pemberi suara atau voters. Tiga pendekatan utama yaitu pesan yang tepat, eksekusi program yang efisien dan tepat sasaran serta aliansi dengan semua potensi sosial.
VISI
Integritas, Kredibilitas dan Transparansi
Jaringan Suara Indonesia (JSI) menjadi konsultan politik terkemuka yang memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia melalui pendekatan yang sistematis dan terukur dengan dilandasi integritas, kredibilitas dan transparansi.
MISI
Berpolitik yang sehat, cerdas dan adil
Memberdayakan sebuah jalan keluar bagi proses politik untuk peningkatan kualitas politik dan pemerintahan. Sejauh ini, riset politik baru dibaca sebatas prediksi hasil akhir, padahal terdapat metadata mengenai kebutuhan dan harapan masyarakat sebagai metadata yang berharga bagi peningkatan kualitas politik dan pemerintahan. Mengembangkan proses politik yang terukur dan kuantitatif.
Proses demokrasi dan pemilihan umum yang dijalani dikeluhkan karena ongkos politik yang terlalu besar. Dampaknya tentu saja menimbulkan tuntutan bahwa sampai posisi politik tertentu, ongkos tersebut harus terbayar. Melalui pendekatan yang terukur dan kuantitatif, ongkos politik dibangun secara terukur pula. Peningkatan fungsi institusi politik dan publik.
Proses rekruitmen institusi politik dan publik saat ini belum berjalan secara alamiah, sehingga nilai keterwakilan secara geografis maupun psikologis belum sepenuhnya terjawab. Melalui pendekatan grassroots dalam riset dan penyusunan program dan isu kampanye, keterwakilan terhadap isu yang diangkat menjadi lebih dekat.